Sudah dua orang yang nanyain saya , "mana tulisannya?" Bingung juga gimana ngejawabnya. Tapi kayanya memang belum sempet aja. Rada sibuk euy...:p
Malam ini akan jadi "malam pembalasan" untuk memenuhinya. Ada beberapa tulisan dan satu puisi di bawah. mudah2an berkenan :)
DoaPerlukah seseorang berdoa?
Untuk apakah seseorang berdoa?
Saat susah sajakah kita berdoa?
Tidak terpecahkankah masalah jika kita tidak berdoa?
Jika masalah tidak terpecahkan hanya karena kita tidak berdoa, maka tidak eksislah kerahmanan Allah.
Menurut saya, Rahman (cinta meluas)* Allah termanifestasikan dengan kehidupan ini yang berisi ketaatan dan pembangkangan, baik dan buruk, ‘adil dan dzalim, benar dan salah, tinggi dan rendah, kanan dan kiri, kerja keras dan kemalasan, semangat dan putus asa, besar dan kecil, dekat dan jauh, gelap dan terang, haq dan bathil, samar dan transparan, jelas dan kabur, siang dan malam, pagi dan sore, iman dan kafir, syukur dan kufur, kasih sayang dan aniaya, cinta dan benci, amanah dan khianat, halal dan haram, naik dan turun, jatuh dan bangun. Semuanya Dia serahkan sepenuhnya kepada para penghuni dan pelaku kehidupan ini untuk memilih satu di antaranya.
Untuk memecahkan masalah tidak perlulah berdoa. Cukuplah seseorang menggunakan fasilitas kerahmanan Allah tersebut dengan semestinya. Jika seseorang dengan sekuat tenaga berusaha keluar dari masalahnya, niscaya akan selesailah masalah yang dihadapinya – jika dia benar dalam menggunakan cara untuk memecahkan masalahnya itu. Bukankah yang tidak mengenal Allah (kafir) bisa juga memecahkan sebuah permasalahan yang dihadapinya? Jikalah hanya bagi mereka yang mau berdoa – dan tentunya dia beriman -- kepada Allah saja yang akan keluar dari masalah yang dihadapinya, akan seperti apalah jadinya kehidupan ini? Bukankah kehidupan ini tidak lagi menjadi ajang “ujian” bagi manusia untuk menjadi yang terbaik (takwa)? Sebab ketika hanya mereka yang berdoa kepada Allah saja yang akan keluar dari permasalahannya, bukankah akan berbondong-bondong manusia menjadi beriman kepada Allah? Tidak seperti itu sifat kehidupan (manusia) ini.
Adapun doa, lagi-lagi menurut saya, adalah wujud dari kerahiman (cinta mendalam)* Allah agar hambanya bisa mengenal-Nya lebih dekat. Doa adalah “panggilan khusus” yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang khusus pula, agar seseorang bisa merasakan kenikmatan iman kepada-Nya. Panggilan ini ditandai dengan rasa frustasi kita, mentoknya pikiran kita, buntunya usaha-usaha kita, ketika kita dihadapkan pada suatu permasalahan. Kenikmatan iman itu kemudian terasakan ketika kelegaan hadir di hati kita. Saat kita benar-benar pasrah, rendah, dan lemah dihadapan-Nya. Belum lagi ketika apa yang kita pinta dikabulkan-Nya, kenikmatan pun semakin menjadi-jadi di sanubari.
Oleh karenanya doa tidak hanya dilakukan saat kita “merasa” susah saja. Doa adalah salah satu fasilitas Tuhan yang diberikan pada hambanya untuk bisa merasakan cinta sejati-Nya. Dengan doalah kita bisa merasakan kedekatan-Nya dengan diri kita. Bukankah lewat doa kita berbicara dengan kalimat langsung kepada-Nya. Karena itu doa juga dikategorikan sebagai ibadah. Ketika kita berdoa, yang berarti meminta, perilaku memintanya kita itu dihargai dengan nilai “pahala”. Bukankah sebuah fasilitas yang super menakjubkan ketika kita meminta sesuatu, justru permintaan itu dihargai sebuah nilai tersendiri. Belum lagi jika permintaan kita dikabulkan-Nya. Adakah mekanisme seperti ini yang terjadi dalam kehidupan kemanusiaan kita?
Anehlah orang yang berkata, “masalahku belum selesai, aku akan berdoa lagi.”
Ingat, ini hanya menurut saya saja!
Px
Makasih Ulan karena telah memberiku inspirasi.*istilah dari Cak Nun