Saturday, June 28, 2008

Kajian tentang Haul*

Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw selalu berziarah ke makam para syuhada di bukit Uhud pada setiap tahun. Sesampainya di Uhud beliau memanjatkan doa sebagaimana dalam Al-Quran surat Ar-Ra’d ayat 24: “Keselamatan atasmu berkat kesabaranmu. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.”

Inilah yang menjadi sandaran hukum Islam bagi pelaksanaan peringatan haul atau acara tahunan untuk mendoakan dan mengenang para ulama, sesepuh dan orang tua kita yang telah meninggal.

Diriwayatkan pula bahwa para sahabat pun melakukan apa yang telah dilakukan Rasulullah. Berikut ini adalah kutipan lengkap hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi: Al-Baihaqi meriwayatkan dari al-Wakidi mengenai kematian, bahwa Nabi saw senantiasa berziarah ke makam para syuhada di bukit Uhud setiap tahun. Dan sesampainya di sana beliau mengucapkan salam dengan mengeraskan suaranya, “Salamun ‘alaikum bima shabartum fani’ma uqbad daar” QS Ar-Ra’d:24 (Keselamatan atasmu berkat kesabaranmu. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.)

Abu Bakar juga melakukan hal itu setiap tahun, kemudian Umar, lalu Utsman. Fatimah juga pernah berziarah ke bukit Uhud dan berdoa. Saad bin Abi Waqash mengucapkan salam kepada para syuhada tersebut kemudian ia menghadap kepada para sahabatnya lalu berkata, “Mengapa kalian tidak mengucapkan salama kepada orang-orang yang akan menjawab salam kalian?”

Demikian dalam kita Syarah Al-Ihya juz 10 pada fasal tentang ziarah kubur. Lalu dalam kita Najhul Balaghah dan kitab Manaqib As-Sayidis Syuhada Hamzah RA oleh Sayyid Ja’far Al-Barzanji dijelaskan bahwa hadits itu menjadi sandaran hukum bagi orang-orang Madinah untuk yang melakukan Ziarah Rajabiyah (ziarah tahunan setiap bulan Rajab) ke makam Sayidina Hamzah yang ditradisikan oleh keluarga Syeikh Junaid al-Masra’i karena ia pernah bermimpi dengan Hamzah yang menyuruhnya melakukan ziarah tersebut.

Para ulama memberikan arahan yang baik tentang tata cara dan etika peringatan haul. Dalam al-Fatawa al-Kubra Ibnu Hajar mewanti-wanti, jangan sampai menyebut-nyebut kebaikan orang yang sudah wafat disertai dengan tangisan. Ibnu Abd Salam mengatakan, pembacaaan manaqib tersebut adalah bagian dari perbuatan taat kepada Allah swt karena bisa menimbulkan kebaikan. Karena itu banyak para sahabat dan ulama yang melakukannya di sepanjang masa tanpa mengingkarinya.

Demikianlah. Dalam muktamar kedua Jam’iyyah Ahlit Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah atau jam’iyyah tarekat-tarekat di lingkungan NU di Pekalongan Jawa Tengah pada 8 Jumadil Ula 1379 H bertepatan dengan 9 Nopember 1959 M para kiai menganjurkan, sedikitnya ada tiga kebaikan yang bisa dilakukan pada acara peringatan haul:
1. Mengadakan ziarah kubur dan tahlil
2. Menyediakan makanan atau hidangan dengan niat sedekah dari almarhum
3. Membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an dan memberikan nasihat agama, antara lain dengan menceritakan kisah hidup dan kebaikan almarhum agar bisa diteladani.

*Tulisan ini diambil dari bulletin Al-Irsyad No. 172/Th IV/2008/1428 H

Tuesday, June 24, 2008

Tuhanku
Ajarkan aku akan makna cinta
Agar ketika aku tak melihatnya
Tak ada duka di dalamnya

Tuhanku
Kenalkan aku pada kesejatiannya
Agar tak terjebak aku pada semunya

Tuhanku
Sampaikan aku pada hakikatnya
Agar tak tertipu aku pada kulitnya

Tuhanku
Pertemukan aku setiap saat dengannya
Agar tak pernah aku merasa kehilangannya

Tuhanku
Ajarkan aku cara mencintai-Mu
Yang pasti membalas cintaku
Ajarkan aku cara mencintai Nabi-Mu
Yang sudah terlebih dulu mencintaiku

Tuesday, June 17, 2008

Pasangan dari Tuhan

Bertahun-tahun yang lalu, Aku berdoa kepada Tuhan untuk memberikan pasanganhidup,"Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidak memintanya", Tuhanmenjawab.

Tidak hanya Aku meminta kepada Tuhan, Aku menjelaskan kriteria pasangan yangkuinginkan.
Aku menginginkan pasangan yang baik hati, lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh dengan damai dan sukacita, murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris, penuh perhatian. Aku bahkan memberikan kriteria pasangantersebut secara fisik yang selama ini kuimpikan.

Sejalan dengan berlalunya waktu, Aku menambahkan daftar kriteria yangkuinginkan dalam pasanganku.

Suatu malam, dalam doa, Tuhan berkata dalam hatiku,"Hamba-Ku, Aku tidakdapat memberikan apa yang engkau inginkan."
Aku bertanya, "Mengapa Tuhan?"
dan Ia menjawab, " Karena Aku adalah Tuhan dan Aku adalah Adil. Aku adalahKebenaran dan segala yang Aku lakukan adalah benar."
Aku bertanya lagi, "Tuhan, aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapatmemperoleh apa yang aku pinta dari-Mu?"
Jawab Tuhan,"Aku akan menjelaskannya kepada-Mu, Adalah suatu ketidak adilan dan ketidakbenaran bagi-Ku untuk memenuhi keinginanmu karena Aku tidak dapat memberikansesuatu yang bukan seperti engkau. Tidaklah adil bagi-Ku untuk memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu jika terkadang engkau masih kasar, atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam, atau seseorang yang mudah mengampuni tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam, seseorang yang sensitif, namun engkausendiri tidak..."

Kemudian Ia berkata kepadaku,"Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu seseorang yang Aku tahudapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama ini daripadamembuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyaisemuanya itu. Pasanganmu akan berasal dari tulangmu dan dagingmu, dan engkauakan melihat dirimu sendiri di dalam dirinya dan kalian berdua akan menjadisatu.

Pernikahan adalah seperti sekolah - suatu pendidikan jangka panjang.Pernikahan adalah tempat dimana engkau dan pasanganmu akan salingmenyesuaikan diri dan tidak hanya bertujuan untuk menyenangkan hatisatu samalain, tetapi untuk menjadikan kalian manusia yang lebih baik, dan membuatsuatu kerjasama yang solid. Aku tidak memberikan pasangan yang sempurnakarena engkau tidak sempurna. Aku memberikanmu seseorang yang dapat tumbuhbersamamu."

Kisah Ini untuk: yang sudah menikah, yang baru saja menikah, yang sedangmencari...cheers!

sumber: email dari Theres
makasih ya Res :)

Thursday, June 05, 2008

In Memoriam Zainab binti Walan



Satu-satu
Daun berguguran
Jatuh ke bumi
Dimakan usia
Tak terdengar tangis
Tak terdengar tawa
Redalah reda*

Aku masih ingat ketika aku kecil, beliau sering memberiku uang jajan
Ketika di akhir minggu, di hampir setiap bulannya saat aku main ke tempat Uwakku, di Kota Tegal sana
Beliau berikan itu setiap aku hendak pulang
Setelah bersalam-salaman selalu diselipkannya uang itu ditanganku
Beberap lembar uang ratusan, kadang ditambah ribuan
Sebenarnya akupun selalu menantinya
Tapi tentu saja aku tidak menunjukkan warna penantian itu
Malu duongggg…. :p
Bukan kepalang gembira aku menerimanya
He he he …
Maklumlah
Bukankah saat seumuran SD kita semua begitu?
Saat itu biasanya aku pergi dengan bapakku

Saat menginjak SMA aku sering main sendiri kesana
Karena tidak begitu jauh dari sekolahku jaraknya tempat Uwakku itu
Dibanding jika dari rumahku
Setelah pelajaran di hari Sabtu usai
Aku langsung cabut ke sana, menginap barang semalam
Besok siangnya aku langsung pulang
Itupun aku masih diongkosi oleh beliau
Seringnya aku menolak (pan bukan SD lagi… :p)
Jika tidak itu, aku dibekali oleh-oleh lainnya
Entah itu krupuk kulit (rambak kalo bahasa sononya), pepaya, atau lainnya
Beliau selalu memerintahkan anak-anaknya untuk membekali aku dengan sesuatu jika hendak pulang

Aku sering ngobrol dengan beliau jika sudah di sana
Sambil menjahit pakaian pesanan orang beliau berbincang ke sana kemari, ini dan itu
Aku mendengarkannya penuh perhatian di depannya
Aku juga sering dipujinya sampai aku ga enak sendiri karena aku rasa berlebihan beliau menyanjungku
Aku hanya memaknai itu sebagai kasih sayang darinya untukku

Saat kuliah aku jadi jarang ke sana
Bukan cuma faktor jarak tetapi juga karena aku yang sok sibuk jadi “mahasiswa”
Tetapi sesekali jika pulang kampung kucoba mengambil waktu
Menyempatkan diri mampir ke sana

Dan selalu terjadi sambutan semacam itu untukku
Meski tak seintens dulu
Ada satu hal yang aku ingat
Beliau datang menjengukku bersama puteri setianya
Saat aku jatuh sakit cukup serius
Dari rumahnya yang jaraknya ratusan kilo ke rumahku
Padahal waktu itu
Beliau sudah mulai kerepotan berpergian jarak jauh

Aku memang lebih dekat dengan keluarga dari pihak ibukku dibanding dari bapakku
Anehnya, bapakku lebih sering mengajakku ke keluarga dari pihak ibuku ini di banding dari pihaknya
Aku merasa mereka lebih welcome terhadapku daripada yang lain
Dari sejak kecil aku merasakan itu
Itu semua ditambah perangai Uwakku yang begitu sayang padaku
Dengan caranya
Entah sejak kapan
Aku mulai merasakan, mulai menganggap, ia telah menjadi pengganti bundaku
Akupun, tanpa disadari, sering memperlakukan beliau layaknya ibuku
Mengadu, menasehati, bercerita, menyayangnya dan sebagainya

Beberapa waktu kemudian beliau mulai jatuh sakit
Mulai dari darah tinggi, hingga stroke ringan
Aku ingat ketika beliau begitu “rewel” untuk mematuhi saran dan larangan dokter dan kerap diingatkan oleh anak-anaknya namun dia tetap saja membandel
Satu saat, ketika aku singgah, aku pernah mencoba merayunya untuk mematuhi saran dari anaknya, layaknya anak kepada ibunya
Meski terkesan mengiyakan, namun seringnya dia tetap saja membandel
Namanya orang sudah tua, dia akan mulai seperti anak kecil kembali :)

Terakhir aku berkunjung menjenguknya bulan kedua tahun ini
Beliau sudah tidak bisa lagi berbicara
Terbaring sendiri tanpa daya, berselimut pasrah
Kutangkap beban kehidupan masih menggayut di raut wajahnya
Namun isyarat-isyarat cinta dan kasih sayang masih mengalir keluar lewat matanya
Kusalami ia penuh kerinduan dan kepasrahan
Berharap suatu hari aku masih bisa menjenguknya

Namun,
Kemarin, Jumat 30 Mei 2008 beliau tlah berpulang
Tak ada pesan tak ada lisan
Ia pergi dalam kesendirian
Hanya nisan yang berkesan

Selamat jalan Uwakku
Engkau pergi di hari yang baik
Semoga ia membawamu kepada keabadian kebaikan

Lewatmu kutitipkan rinduku kepada bundaku
Semoga rasaku sampai kepadamu

Duhai Pemilik kehidupan
Duahi Pemilik kematian
Ampuni dia sebagaimana dia telah mengampuni orang-orang yang menyakitinya
Tempatkan dia pada kemuliaan tempat-Mu sebagaimana ia telah memuliakan tamu-tamunya
Sayangi dia sebagaimana ia tlah menyebarkan kasih sayang hingga ke pelosok hati ini

Allahumma ighfirlaha wa arhamha wa ‘afiha wa’fu’anha
Allhumma qubroha raudlah min riyadl aljinan
Wa laa taj’al quburoha khufroh min khufari anniira


Memperingati tujuh hari wafatnya Uwakku Zainab binti Walan

* by Iwan Fals

Tuesday, June 03, 2008

Sandaran Hati by LETTO


Yakinkah ku berdiri
Di hampa tanpa tepi
Bolehkah aku
MendengarMu

Terkubur dalam emosi
Tak bisa bersembunyi
Aku dan nafasku
MerindukanMu

Terpuruk ku di sini
Teraniaya sepi
Dan ku tahu pasti
Kau menemani

Dalam hidupku
Kesendirianku

Teringat ku teringat
Pada janjiMu ku terikat
Hanya sekejap ku berdiri
Kulakukan sepenuh hati

Peduli ku peduli
Siang dan malam yang berganti
Sedihku ini tak ada arti
Jika Kaulah sandaran hati
Kaulah sandaran hati

Inikah yang Kau mau
Benarkah ini jalanMu
Hanyalah Engkau yang ku tuju
Pegang erat tanganku
Bimbing langkah kakiku
Aku hilang arah
Tanpa hadirMu
Dalam gelapnya
Malam hariku