Wednesday, December 13, 2006




Di antara dua daun

Lembayung jingga menggayut
Membawa bimbang di hati
Jikalah awan putih tidak berubah redup
Kapankan ia menurunkan hujan
Hingga salah satunya bisa terbasahi
Oleh beningnya butiran kasih



px

Tuesday, December 05, 2006

iseng ngomongin poligami ah....

seperti yg diketahui
kiai kita yang satu itu akhirnya nikah lagi
ramelah orang berkomentar tentang poligami
rame juga orang yang sebel sama kiai yg identik dengan sorban di kepala itu
apalagi istri keduanya lebih cantik dan lebih muda
terakhir teman saya bahkan, posting di email tentang poligami versus poliandri
wah wah wah... seru juga nih...
secara pribadi sih saya bisa mengerti orang-orang yang anti poligami
tapi saya juga bisa memahami beberapa hal mengenai ketentuan-ketentuan poligami
saya cuma pengen mengajak pembaca (cieeee pembaca, emang koran... :p) bersikap proporsional

maksud saya begini:
kadang-kadang saya berpikir
tidak adakah kemungkinan sang perempuan yang mengajukan diri untuk dipinang?
kemungkinan lainnya: bukankah bisa jadi sang istri (pertama) yang memilihkan (baca: menganjurkan)?
apakah selalu orang yang berpoligami mesti diidentikkan dengan gila "perempuan"?

saya tahu, saya tahu, permasalahannya tidak sesederhana itu
saya juga tahu bahwa istri dari sang kiai bukan yang memilihkan
dia juga bukan istri yang berposisi sebagai penganjur
setidaknya itu yang saya tahu dari media
tapi plis deh, jangan tergesa-gesa menuduh orang yang tidak-tidak
sesebel, sebenci, segeram apapun kita terhadap dia

kalau mau tidak sepakat sama poligami ya monggo
mau sebel dan jengkel sama poligami ya silakan
tapi jangan sampai "kebencianmu terhadap suatu kaum membuat kamu berlaku tidak adil" (seperti tulisan di atas itu tuh...)
berlaku tidak adil maksudnya: "sudahlah, pokoknya poligami itu menjijikkan, titik!"

sekarang tinggal kita lihat saja, poligaminya kiai kita itu membawa maslahat buat kedua istrinya atau tidak.
kalau maslahat ya syukur, kalau ga ya jangan ditiru.

saya juga paham tentang perasaan "istri pertama"
saya kira, dalam konteks ini kita bisa lihat kasus Dewi Yul dengan istri pertama sang kiai
kalau tidak salah, Dewi Yul tidak mau dimadu sama suaminya
dan dia akhirnya minta cerai. cerailah mereka akhirnya
selesai urusan
mereka tetap saling menghormati
mereka juga tetap bisa menghargai pilihan masing-masing
adapun dengan istri pertama sang kiai, saya melihat dia bisa menerima
bahkan kabarnya sudah dibicarakan lima tahun yang lampau
dan dia ikhlas
selesai urusan
mereka bisa terlihat rukun
dan istri kedua juga tahu posisi, kelihatannya

ya..., saya tahu masih ada yang berkata, "tapikan..." terutama dari pembaca perempuan
saya juga sadar bahwa tulisan saya ini sangat mudah untuk dibantah
hanya saja, dari apa yang saya dapati di "lapangan" akan komentar-komentar seputar poligami, ada yang kurang proporsional sepertinya
tapi lagi-lagi saya paham mengapa tidak proporsional
wong saya juga cuma lagi berbagi pikiran saja kok...

saya juga sadar dengan tulisan ini, saya potensial untuk dibenci oleh lawan jenis saya
dan oleh karenanya ruang saya untuk mendapatkan mereka semakin sempit :(( :p
termasuk disebelin sama temen-temen saya yang perempuan
yang lagi di Nias, yang di Bangkok (eh di Bangkok apa di Kuala Lumpur yak...?), yang di Depok, di Jakarta, deesbe
tapi tak mengapa
saya cuma lagi mencoba untuk berlaku adil (ceritanye :p)

nah ngomong-ngomong soal adil
Alquran itu secara khusus menekankan kata ini dalam konteks poligami
"kalau kamu bisa adil, yo monggoho, yo silakan poligami"
kalo gak, ya jangan tho...

dikalangan "orang-orang pinter" sendiri ada pro-kontra soal ini
saya juga tahu ada yang berpendapat poligami itu kontekstual
yang lain bilang, itu tekstual (masuk dalam syariat maksudnya)
sejujurnya saya lebih condong ke pendapat kedua
bukan karena tidak pengen ngebela perempuan
kalau nurutin nafsu sih pengennya nolak poligami
tapi karena katanya: "janganlah yang haram kau halalkan, dan yang halal kau haramkan" yo saya tetap di posisi yang kedua, sepahit apapun itu...
saya juga bukannya ga sepakat poliandri
tapi wong itu tidak disyariatkan, yo gimana...?
nuwun sewu mawon, saya ga bisa dukung

tapi tenang, dalam konteks Dewi Yul dan Bang Ray, saya dukung Dewi Yul...
dalam konteks kiai kita sama istri pertamanya, saya dukung mereka berdua
wong mereka saja akur-akur saja kok, lho kok saya jadi ga akur tu gimana.....?

'alaa kulli haal,
kalau saya ditanya apakah saya sepakat poligami atau tidak, jawabannya jelas seperti di atas tadi
tapi kalau saya ditanya, kamu bakal poligami ga?
wah..., rasa-rasanya saya ga mampu tu...
soalnya saya ni orangnya kurang bisa adil....
wallahu 'alam

px