iseng ngomongin poligami ah....
seperti yg diketahui
kiai kita yang satu itu akhirnya nikah lagi
ramelah orang berkomentar tentang poligami
rame juga orang yang sebel sama kiai yg identik dengan sorban di kepala itu
apalagi istri keduanya lebih cantik dan lebih muda
terakhir teman saya bahkan, posting di email tentang poligami versus poliandri
wah wah wah... seru juga nih...
secara pribadi sih saya bisa mengerti orang-orang yang anti poligami
tapi saya juga bisa memahami beberapa hal mengenai ketentuan-ketentuan poligami
saya cuma pengen mengajak pembaca (cieeee pembaca, emang koran... :p) bersikap proporsional
maksud saya begini:
kadang-kadang saya berpikir
tidak adakah kemungkinan sang perempuan yang mengajukan diri untuk dipinang?
kemungkinan lainnya: bukankah bisa jadi sang istri (pertama) yang memilihkan (baca: menganjurkan)?
apakah selalu orang yang berpoligami mesti diidentikkan dengan gila "perempuan"?
saya tahu, saya tahu, permasalahannya tidak sesederhana itu
saya juga tahu bahwa istri dari sang kiai bukan yang memilihkan
dia juga bukan istri yang berposisi sebagai penganjur
setidaknya itu yang saya tahu dari media
tapi plis deh, jangan tergesa-gesa menuduh orang yang tidak-tidak
sesebel, sebenci, segeram apapun kita terhadap dia
kalau mau tidak sepakat sama poligami ya monggo
mau sebel dan jengkel sama poligami ya silakan
tapi jangan sampai "kebencianmu terhadap suatu kaum membuat kamu berlaku tidak adil" (seperti tulisan di atas itu tuh...)
berlaku tidak adil maksudnya: "sudahlah, pokoknya poligami itu menjijikkan, titik!"
sekarang tinggal kita lihat saja, poligaminya kiai kita itu membawa maslahat buat kedua istrinya atau tidak.
kalau maslahat ya syukur, kalau ga ya jangan ditiru.
saya juga paham tentang perasaan "istri pertama"
saya kira, dalam konteks ini kita bisa lihat kasus Dewi Yul dengan istri pertama sang kiai
kalau tidak salah, Dewi Yul tidak mau dimadu sama suaminya
dan dia akhirnya minta cerai. cerailah mereka akhirnya
selesai urusan
mereka tetap saling menghormati
mereka juga tetap bisa menghargai pilihan masing-masing
adapun dengan istri pertama sang kiai, saya melihat dia bisa menerima
bahkan kabarnya sudah dibicarakan lima tahun yang lampau
dan dia ikhlas
selesai urusan
mereka bisa terlihat rukun
dan istri kedua juga tahu posisi, kelihatannya
ya..., saya tahu masih ada yang berkata, "tapikan..." terutama dari pembaca perempuan
saya juga sadar bahwa tulisan saya ini sangat mudah untuk dibantah
hanya saja, dari apa yang saya dapati di "lapangan" akan komentar-komentar seputar poligami, ada yang kurang proporsional sepertinya
tapi lagi-lagi saya paham mengapa tidak proporsional
wong saya juga cuma lagi berbagi pikiran saja kok...
saya juga sadar dengan tulisan ini, saya potensial untuk dibenci oleh lawan jenis saya
dan oleh karenanya ruang saya untuk mendapatkan mereka semakin sempit :(( :p
termasuk disebelin sama temen-temen saya yang perempuan
yang lagi di Nias, yang di Bangkok (eh di Bangkok apa di Kuala Lumpur yak...?), yang di Depok, di Jakarta, deesbe
tapi tak mengapa
saya cuma lagi mencoba untuk berlaku adil (ceritanye :p)
nah ngomong-ngomong soal adil
Alquran itu secara khusus menekankan kata ini dalam konteks poligami
"kalau kamu bisa adil, yo monggoho, yo silakan poligami"
kalo gak, ya jangan tho...
dikalangan "orang-orang pinter" sendiri ada pro-kontra soal ini
saya juga tahu ada yang berpendapat poligami itu kontekstual
yang lain bilang, itu tekstual (masuk dalam syariat maksudnya)
sejujurnya saya lebih condong ke pendapat kedua
bukan karena tidak pengen ngebela perempuan
kalau nurutin nafsu sih pengennya nolak poligami
tapi karena katanya: "janganlah yang haram kau halalkan, dan yang halal kau haramkan" yo saya tetap di posisi yang kedua, sepahit apapun itu...
saya juga bukannya ga sepakat poliandri
tapi wong itu tidak disyariatkan, yo gimana...?
nuwun sewu mawon, saya ga bisa dukung
tapi tenang, dalam konteks Dewi Yul dan Bang Ray, saya dukung Dewi Yul...
dalam konteks kiai kita sama istri pertamanya, saya dukung mereka berdua
wong mereka saja akur-akur saja kok, lho kok saya jadi ga akur tu gimana.....?
'alaa kulli haal,
kalau saya ditanya apakah saya sepakat poligami atau tidak, jawabannya jelas seperti di atas tadi
tapi kalau saya ditanya, kamu bakal poligami ga?
wah..., rasa-rasanya saya ga mampu tu...
soalnya saya ni orangnya kurang bisa adil....
wallahu 'alam
px
kiai kita yang satu itu akhirnya nikah lagi
ramelah orang berkomentar tentang poligami
rame juga orang yang sebel sama kiai yg identik dengan sorban di kepala itu
apalagi istri keduanya lebih cantik dan lebih muda
terakhir teman saya bahkan, posting di email tentang poligami versus poliandri
wah wah wah... seru juga nih...
secara pribadi sih saya bisa mengerti orang-orang yang anti poligami
tapi saya juga bisa memahami beberapa hal mengenai ketentuan-ketentuan poligami
saya cuma pengen mengajak pembaca (cieeee pembaca, emang koran... :p) bersikap proporsional
maksud saya begini:
kadang-kadang saya berpikir
tidak adakah kemungkinan sang perempuan yang mengajukan diri untuk dipinang?
kemungkinan lainnya: bukankah bisa jadi sang istri (pertama) yang memilihkan (baca: menganjurkan)?
apakah selalu orang yang berpoligami mesti diidentikkan dengan gila "perempuan"?
saya tahu, saya tahu, permasalahannya tidak sesederhana itu
saya juga tahu bahwa istri dari sang kiai bukan yang memilihkan
dia juga bukan istri yang berposisi sebagai penganjur
setidaknya itu yang saya tahu dari media
tapi plis deh, jangan tergesa-gesa menuduh orang yang tidak-tidak
sesebel, sebenci, segeram apapun kita terhadap dia
kalau mau tidak sepakat sama poligami ya monggo
mau sebel dan jengkel sama poligami ya silakan
tapi jangan sampai "kebencianmu terhadap suatu kaum membuat kamu berlaku tidak adil" (seperti tulisan di atas itu tuh...)
berlaku tidak adil maksudnya: "sudahlah, pokoknya poligami itu menjijikkan, titik!"
sekarang tinggal kita lihat saja, poligaminya kiai kita itu membawa maslahat buat kedua istrinya atau tidak.
kalau maslahat ya syukur, kalau ga ya jangan ditiru.
saya juga paham tentang perasaan "istri pertama"
saya kira, dalam konteks ini kita bisa lihat kasus Dewi Yul dengan istri pertama sang kiai
kalau tidak salah, Dewi Yul tidak mau dimadu sama suaminya
dan dia akhirnya minta cerai. cerailah mereka akhirnya
selesai urusan
mereka tetap saling menghormati
mereka juga tetap bisa menghargai pilihan masing-masing
adapun dengan istri pertama sang kiai, saya melihat dia bisa menerima
bahkan kabarnya sudah dibicarakan lima tahun yang lampau
dan dia ikhlas
selesai urusan
mereka bisa terlihat rukun
dan istri kedua juga tahu posisi, kelihatannya
ya..., saya tahu masih ada yang berkata, "tapikan..." terutama dari pembaca perempuan
saya juga sadar bahwa tulisan saya ini sangat mudah untuk dibantah
hanya saja, dari apa yang saya dapati di "lapangan" akan komentar-komentar seputar poligami, ada yang kurang proporsional sepertinya
tapi lagi-lagi saya paham mengapa tidak proporsional
wong saya juga cuma lagi berbagi pikiran saja kok...
saya juga sadar dengan tulisan ini, saya potensial untuk dibenci oleh lawan jenis saya
dan oleh karenanya ruang saya untuk mendapatkan mereka semakin sempit :(( :p
termasuk disebelin sama temen-temen saya yang perempuan
yang lagi di Nias, yang di Bangkok (eh di Bangkok apa di Kuala Lumpur yak...?), yang di Depok, di Jakarta, deesbe
tapi tak mengapa
saya cuma lagi mencoba untuk berlaku adil (ceritanye :p)
nah ngomong-ngomong soal adil
Alquran itu secara khusus menekankan kata ini dalam konteks poligami
"kalau kamu bisa adil, yo monggoho, yo silakan poligami"
kalo gak, ya jangan tho...
dikalangan "orang-orang pinter" sendiri ada pro-kontra soal ini
saya juga tahu ada yang berpendapat poligami itu kontekstual
yang lain bilang, itu tekstual (masuk dalam syariat maksudnya)
sejujurnya saya lebih condong ke pendapat kedua
bukan karena tidak pengen ngebela perempuan
kalau nurutin nafsu sih pengennya nolak poligami
tapi karena katanya: "janganlah yang haram kau halalkan, dan yang halal kau haramkan" yo saya tetap di posisi yang kedua, sepahit apapun itu...
saya juga bukannya ga sepakat poliandri
tapi wong itu tidak disyariatkan, yo gimana...?
nuwun sewu mawon, saya ga bisa dukung
tapi tenang, dalam konteks Dewi Yul dan Bang Ray, saya dukung Dewi Yul...
dalam konteks kiai kita sama istri pertamanya, saya dukung mereka berdua
wong mereka saja akur-akur saja kok, lho kok saya jadi ga akur tu gimana.....?
'alaa kulli haal,
kalau saya ditanya apakah saya sepakat poligami atau tidak, jawabannya jelas seperti di atas tadi
tapi kalau saya ditanya, kamu bakal poligami ga?
wah..., rasa-rasanya saya ga mampu tu...
soalnya saya ni orangnya kurang bisa adil....
wallahu 'alam
px
3 Comments:
yang gw gak ngerti pik, apa alasan dia melakukan itu? apakah :
a. istri pertamanya sakit keras sehingga gak bisa lagi menjalankan 'perannya'?
b. istri kedua ini adalah janda perang yang butuh untuk 'disantuni'?
c. apa?
coba tanya pik, kenapa butuh 5 TAHUN untuk mereka bahas ini, karena (klise sih) "gak ada yang rela berbagi cinta, mau itu perempuan ataupun laki2".
kalau persoalan itu gak 'disyariatkan' oleh agama, pasti teteh gak mau laaaah.....
tapi secara dia istri sholehah.. yaah...
1.Kiai kita?kiai elo kalee.jangan coba2 yah pake kata kita
2.bagi gw sih mau dibelokan ke mana pun yang namanya tidak adil tetep juga tidak adil.Malah sampai ada justifikasi yang konon si isteri kedua itu sempat diperbeutkan jemaahnya sehingga dia "selamatkan" dengan menikahi dia.bagi gw sih itu justifikasi abad pertengahan banget.bawa2 otoritas pemuka agama.
3.udah banyak feminis yang membahas ayat poligami secara kontekstual.untuk kasus kiai elo ini, gw sih mikirnya kalo emang itu cara isteri pertamanya mendekatkan diri dengan Tuhan dengan cara menyakiti dirinya alias dengan jadi masokis, enak banget dong si laki2 mendekatkan diri ke tuhan dengan kawin lagi.udah gitu pake ngomong bagi orang yang nggak ngerti saya kelihatannya menyakiti isteri saya padahal ini bukti cinta saya. dari semua milis yang gw ubek2 sampai saat ini dia ga bisa tuh menjelaskan pernyataanya itu artinya apa:kita dianggap tolol dan dia dengan otoritas agamanya menganggap ilmu dia tuh ga sanggup kita pahami.
Bagi gw poligami itu tetap tidak adil kalo masalah janda miskin santunin aja kenapa juga mesti dikawinin. ini janda mampu, cakep lagi.Dewi Yul emang lo yakin dia menghormati Ray Sahetapi? emang lo ga tahu gimana perih dan berdarah2 hati dia waktu tahu dia dimadu?Penghormatan seperti apa buat orang yang terang2an berkhianat.Btw gw di Bangkok.
Mari kta bahasa dr brbagai segi:
Teologis (ini yg biasanya konteks or ga konteks), klo kta baca bukan potongan yg bilang "nikahi-lah 2, 3, 4 dst." Kta akan bilang itu sah (halal). Tapi klo kta baca dari awal, "Kalian itu diciptakan dari satu jenis, bersuku, berbangsa ... mahkluk terbaik, hingga kebanyakan dr kalian ga bs adil, dst." Maka kta bs ambil plajaran, itu srupa ama ktika Qur'an mlarang khamr (minuman kras, red.). Qur'an itu dialogis, ngga langsung blek bilang minuman kras haram, titik. Nah, Islam is too modern for that time, jd, yaa dialogis itu. So, gw mahaminya bgini: Jiwa Qur'an itu mau scara brtahap bilang "Plis deh, pelan2 ga usah poligami, ya?" Nah, skarang perilaku si Muhammad yang trkenal jujur dan trpercaya itu. Dia itu sbenernya monogamist. Bukti: sampe umur 50-an doi cm punya 1 (satu) isteri (Khadijah). Baru ktika perang mlanda, n banyak janda2 tua sm anak2 yg hartanya takut dikuasai oleh paman2 mreka yg jahil, doi nikahi mreka. Baru itu yg namanya nolongin. Lg pula pas anaknya yg perempuan mau di-poligami ama suaminya, dia bilang "Laa," (artinya "Tidak yg tidaaakk").
Sosiologis, sring bangt ada yg bilang scara statistik, jumlah cewe lbih banyak dr jumlah cowo. Tuhan itu Maha Adil, makanya dia bolehin poligami: sst, itu mitos. Klo kta mo liat fakta lbih jauh bgini, sebaran usia cewe itu sbagian bsar ada di usia lanjut (over 50's) atau usia anak2 (under 18th). Jd si Muhammad yg trkenal jujur n trpercaya itu benar: dia mnikahi kategori2 itu utk ngbantu mreka! So, klo mo ngganti poligami, yaa diriin aja panti jompo or panti asuhan, ga usah ngincer yg muda2, ok?
Genetis, hmm gw bukan ahlinya (Emang yg di atas lu ahlinya? Ngga jg!) Tapi banyak yg nyama2in manusia ama prilaku hewan jantan yg cenderung protektif ama klompok betinanya. "So, its in our primitive genes," kata mreka. Sorry, ya? Kta manusia evolved, realitas menyejarah mmbentuk polapikir kta, tuh! Termasuk gen2 itu! (sexual behaviours, included)
Psikologis, ada yg bilang ini buat para plaku hiperseks, dll. Siapa yg sakit, siapa yg nanggung: isteri?
Ksimpulan: well, kta tau kmana ini brakhir. Tentuin ndiri deh, ya?
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home