Bulan sepotong.
Di bawah, musik Melayu mendayu
Sehabis kyai Mbeling bersabda.
Seperti biasa, tak biasa.
Setelah al-Rahman menghibur hati.
Sebatang rokok kini kuhisap.
Ah, aku kepincut si Mbeling rupanya.
Melihat gayanya menyanding sigaret,
nafsuku menggeliat.
Kugambar apa yang tadi kudengar di langit ubun-ubun.
Berangan apa yang hendak kugores di kayu putih dengan penaku.
Satu hal yang tak akan alpa: tentang cinta
Dia adalah energi yang mewujudkan semesta ini.
Tak ada yang lebih dahsyat dari kelahirannya.
Aku ingin hidup dengannya.
Bersenandung dengan dan tentangnya.
Berjuang untuknya
Berkorban deminya
dan
Terbakar olehnya.
px
Di bawah, musik Melayu mendayu
Sehabis kyai Mbeling bersabda.
Seperti biasa, tak biasa.
Setelah al-Rahman menghibur hati.
Sebatang rokok kini kuhisap.
Ah, aku kepincut si Mbeling rupanya.
Melihat gayanya menyanding sigaret,
nafsuku menggeliat.
Kugambar apa yang tadi kudengar di langit ubun-ubun.
Berangan apa yang hendak kugores di kayu putih dengan penaku.
Satu hal yang tak akan alpa: tentang cinta
Dia adalah energi yang mewujudkan semesta ini.
Tak ada yang lebih dahsyat dari kelahirannya.
Aku ingin hidup dengannya.
Bersenandung dengan dan tentangnya.
Berjuang untuknya
Berkorban deminya
dan
Terbakar olehnya.
px
1 Comments:
ha ha ha, pertama, merokok sih merokok aja kalee ga perlu dikomporin.kedua, keren nih postingnya jadi berasa sepi gw ha ha ha.ketiga yo'i coy it's all about love lah
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home