Lebaran
Lebaran…
Makhluk apakah gerangan?
Aku mencari-cari maknanya
Mencari hakikatnya
Entah sudah kutemukan atau belum
Kabarnya
Lebaran adalah momen manusia mendapat kemenangan
Kemenangan atas siapa?
Katanya
Lebaran adalah momen kembali menemukan kasih sayang
Kasih sayang dari siapa?
Sering dibilang
Lebaran adalah momen untuk bermaaf-maafan
Bermaaf-maafan atas dan kepada siapa?
Bukankah aku sering melakukannya?
Lebaran...
Di mana aku bisa menemukan ketiganya?
Kalau lebaran ini kemenangan...
Sepertinya aku masih saja selalu kalah
Dari orang lain saja aku selalu kalah
Apalagi dari diri sendiri
Bagaimana aku menyatakan menang kali ini?
Bagaimana mungkin aku berlebaran?
Kalau dihari lebaran ada pulang kampung
Proses untuk menemukan kembali kasih sayang
Kapan aku bisa menemukannya?
Di hari ini justru saudara-saudaraku yang jadi tuan rumah
Malah tambah terasing dari rumah psikologis dan budayanya sendiri
Tergusur oleh buldoser kebudayaan kami yang datang dari kota
Oleh traktor keberadaan level kami
Yang mereka pandang lebih tinggi
Sehingga mereka rikuh untuk “berbahagia” bersama kami
Sebab mereka tidak menemukan siapa dirinya di tengah-tengah kami
Mereka lebih memilih hijrah ke komunitas-komunitas kulturalnya
Memilih bersunyi dalam kesendirian jati dirinya
Sementara kamipun kewalahan untuk sekadar mengulurkan tangan kasih kami
Meski kami ingin
Kalau lebaran...
Sekadar berkata: "maafin aku ya..."
Tanpa pernah tahu apa kesalahan kita masing-masing
Tanpa tahu mengapa kita harus saling memaafkan
Tanpa ruh
Tanpa jiwa
Tak berbobot
Sehingga begitu gampang diucap dan begitu gampang dikhianati
Tidak bisakah kita lakukah itu di luar lebaran?
Ah, tapi mungkin itu hanya kasus diriku saja
Lebaran...
Semuanya jadi serba pseudo
Serba nanggung
Tapi...
Kalaulah bukan karena seorang tua
Yang mesti aku khidmat kepadanya
Yang menjadi 'Arsy kasih sayangku
Kalaulah bukan karena kerinduan menemukan kebahagiaan
Di sesaknya ketidakmampuan orang-orang pinggiran
Tak kan kulakukan ritual tahunan ini: Mudik!
Kalaulah bukan karena anjuran Junjungan Agung
Tak kan kukatakan:
Taqabbalallaahu minna wa minkum
Shiaamanaa wa shiaamakum
Taqabbal ya kariim
Minal ‘aadin wal faaiziin
Fii kulli ‘aamin wa antum bikhair
Kalaulah bukan karena rahmat-Nya
Tak sanggup aku berkata:
Semoga kita semua diterima-Nya
Semoga kita semua bisa “kembali”
Semoga engkau semua terawat dalam kebajikan setelah ini
Kalau di hari lebaran saja kita tak bisa saling memaafkan
Apatah lagi di hari yang lain...
px
Makhluk apakah gerangan?
Aku mencari-cari maknanya
Mencari hakikatnya
Entah sudah kutemukan atau belum
Kabarnya
Lebaran adalah momen manusia mendapat kemenangan
Kemenangan atas siapa?
Katanya
Lebaran adalah momen kembali menemukan kasih sayang
Kasih sayang dari siapa?
Sering dibilang
Lebaran adalah momen untuk bermaaf-maafan
Bermaaf-maafan atas dan kepada siapa?
Bukankah aku sering melakukannya?
Lebaran...
Di mana aku bisa menemukan ketiganya?
Kalau lebaran ini kemenangan...
Sepertinya aku masih saja selalu kalah
Dari orang lain saja aku selalu kalah
Apalagi dari diri sendiri
Bagaimana aku menyatakan menang kali ini?
Bagaimana mungkin aku berlebaran?
Kalau dihari lebaran ada pulang kampung
Proses untuk menemukan kembali kasih sayang
Kapan aku bisa menemukannya?
Di hari ini justru saudara-saudaraku yang jadi tuan rumah
Malah tambah terasing dari rumah psikologis dan budayanya sendiri
Tergusur oleh buldoser kebudayaan kami yang datang dari kota
Oleh traktor keberadaan level kami
Yang mereka pandang lebih tinggi
Sehingga mereka rikuh untuk “berbahagia” bersama kami
Sebab mereka tidak menemukan siapa dirinya di tengah-tengah kami
Mereka lebih memilih hijrah ke komunitas-komunitas kulturalnya
Memilih bersunyi dalam kesendirian jati dirinya
Sementara kamipun kewalahan untuk sekadar mengulurkan tangan kasih kami
Meski kami ingin
Kalau lebaran...
Sekadar berkata: "maafin aku ya..."
Tanpa pernah tahu apa kesalahan kita masing-masing
Tanpa tahu mengapa kita harus saling memaafkan
Tanpa ruh
Tanpa jiwa
Tak berbobot
Sehingga begitu gampang diucap dan begitu gampang dikhianati
Tidak bisakah kita lakukah itu di luar lebaran?
Ah, tapi mungkin itu hanya kasus diriku saja
Lebaran...
Semuanya jadi serba pseudo
Serba nanggung
Tapi...
Kalaulah bukan karena seorang tua
Yang mesti aku khidmat kepadanya
Yang menjadi 'Arsy kasih sayangku
Kalaulah bukan karena kerinduan menemukan kebahagiaan
Di sesaknya ketidakmampuan orang-orang pinggiran
Tak kan kulakukan ritual tahunan ini: Mudik!
Kalaulah bukan karena anjuran Junjungan Agung
Tak kan kukatakan:
Taqabbalallaahu minna wa minkum
Shiaamanaa wa shiaamakum
Taqabbal ya kariim
Minal ‘aadin wal faaiziin
Fii kulli ‘aamin wa antum bikhair
Kalaulah bukan karena rahmat-Nya
Tak sanggup aku berkata:
Semoga kita semua diterima-Nya
Semoga kita semua bisa “kembali”
Semoga engkau semua terawat dalam kebajikan setelah ini
Kalau di hari lebaran saja kita tak bisa saling memaafkan
Apatah lagi di hari yang lain...
px
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home