Friday, October 13, 2006

Memaknai Kematian

Buku ini berbeda dengan buku yang lain. Saya pernah membaca buku/tulisan dengan tema yang sama, namun kebanyakan dengan cara penyampaian yang “menyeramkan” dan “mengancam”. Dalam buku-buku tersebut selalu terasa, kematian adalah sesuatu yang menakutkan. Mulai dari prosesnya sampai setelahnya. Alam kubur begitu seram kita bayangkan dengan serangkaian siksanya. Apalagi di akhirat kelak. Hal ini menjadikan pembacanya – setidaknya saya – sering resah dengan sosok bernama kematian. Orang kemudian merasa takut akannya.

Namun tidak dengan buku ini. Bagi saya buku ini memberikan cara lain dalam penyampaian tentang apa itu kematian sekaligus menyajikan perspektif lain dalam memandang kematian. Dengan cara yang berbeda ini, kematian menjadi sesuatu yang tidak menakutkan bagi siapapun, dan perspektifnya yang baru memberi cara pandang berbeda tentang kematian itu sendiri.

Dalam buku ini kematian diibaratkan dengan kamar mandi atau sejenisnya. Tempat menyucikan diri dari kotoran-kotoran yang melekat pada tubuh kita. Karena itu adalah tempat untuk membersihkan, buat apa kemudian kita takut? Salah satu contohnya adalah seperti cerita/riwayat yang mengawali buku ini: Dahulu pada masa Ali Al-Hadi, cucu Rasulullah yang kesembilan. Suatu hari Ali Al-Hadi mengunjungi orang yang sakit parah. Orang yang sakit itu takut luar biasa menghadapi kematian. Wajahnya resah gelisah, sama sekali tak tampak kedamaian. “Wahai hamba Allah, kamu takut kematian karena kamu tidak memahami arti kematian. Sekarang katakan kepadaku, andaikan tubuhmu dilumuri kotoran, sehingga kamu merasa tidak enak dan merasakan kepedihan dalam seluruh tubuhmu. Lalu kamu membersihkannya di kamar mandi, sehingga kamu merasa bebas dari kotoran dan rasa sakit itu. Dalam kondisi demikian, apa yang hendak kamu lakukan: Ingin membersihkan diri dari kotoran-kotoran itu atau kamu enggan mandi dan senang dalam keadaan kotor?” Orang yang sakit itu menjawab, “Wahai cucu Rasulullah, saya lebih baik memilih mandi membersihkan diri.” Ali Al-Hadi berkata, “Ketahuilah, kematian sama dengan kamar mandi. Kematianmu adalah kesempatanmu yang terakhir untuk membersihkan kamu dari dosa-dosamu. Membersihkan kamu dari keburukan-keburukanmu. Jika kematian menjemputmu sekarang, tak meragukan lagi bahwa kematian itu akan membebaskanmu dari semua deritadan kepedihan serta akan memperoleh kebahagiaan yang abadi.”
Setelah mendengar perkataan Imam Al-Hadi itu, orang yang sakit tadi berubah cerah ceria, kedamaian tampak di wajahnya.kemudian dengan cara yang sangat indah, ia menyerahkan dirinya pada kematian, dengan penuh harapan akan akasih sayang Allah. Ia menutup matanya, karena telah melihat kebenaran dan segera menemui tempat tinggalnya yang abadi.

Membaca cerita ini, sekonyong-konyong dan begitu terasa, ada yang berbeda dalam diri ini. Saya termasuk orang yang “takut mati” tadinya. Namun membaca sepenggal riwayat ini, hilang semua ketakutan itu. Ada pemahaman baru tentang kematian dalam diri saya. Saya menemukan cara pandang baru melihat kematian.

Buku karangan Jalaluddin Rakhmat ini juga bercerita tentang siksa kubur dan pernik-pernik kematian lainnya. Namun bahasanya tidak “meneror”. Buku ini malah menggugah pembacanya untuk menyongsong kematian dengan kebahagiaan.
So, nice to read... :)

Judul buku: Memaknai Kematian
Penulis: KH Dr Jalaluddin Rakhmat
Penerbit: Iman
Cetakan: Pertama, 2006
Tebal: viii + 309 +iii hlm

px

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home