Monday, October 02, 2006

Ramadan di Kampung Komunis

Apa yang akan dijawab oleh orang kebanyakan jika ditanyakan pada mereka tentang komunis? Rasanya tidak akan jauh dari pernyataan “tidak bertuhan”. Karena tidak bertuhan itulah mereka kemudian disebut “kejam”, “biadab”, atau “sadis”. Setidaknya itulah yang berhasil ditanamkan oleh orde baru kepada masyarakat kebanyakan tentang potret partai palu arit itu.

Judul di atas saya sadur persis dari tulisan di harian Koran Tempo edisi Minggu (1/10). Sengaja saya ambil tema “komunis” kali ini karena kemarin, 30 September, adalah salah satu momen sejarah yang dulu biasa kita "peringati": peristiwa G 30 S yang biasanya diikuti dengan kata PKI di belakangnya.

Hal yang tersisa dari peritiwa ’65 itu, selain belum jelasnya peristiwa G 30 S sendiri, juga nasib dari para tapol/napol peristiwa ’65 beserta anak cucunya yang belum bisa menikmati kebebasan secara utuh – setidaknya bebas dari stigma/labeling terhadap mereka. Labeling yang kerap mengikuti mereka adalah label tak bertuhan. Namun itu yang mungkin ingin dibantah oleh tulisan di harian tersebut di atas. Lewat kehidupan seorang Komariah, Koran Tempo ingin memberikan informasi kepada publik bahwa komunis tidak identik dengan ateis. Komariah, yang bekas tahanan politik dari organisasi Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) dan pernah ditahan selama tujuh tahun di Pulau Buru itu mengatakan, komunis hanya sebuah sistem sementara agama adalah hak setiap orang dan tidak ada sangkut pautnya dengan komunis. Komariah bercerita bahwa dia dan keluarganya mendapat pendidikan akidah Islam sejak kecil dari sang ayah, yang berprofesi sebagai dukun sunat, dari membaca Al-Quran, salat, dan puasa.

Koran Tempo juga menyajikan sosok Mbah Hadi Maki, 76 tahun, yang dinyatakan terlibat G 30 S/PKI, malah menjadi imam dan guru mengaji di Lampung sana, tepatnya di Desa Proyek Pancasila, Lampung Timur. Menurut pria asal Sampang, Madura ini, biasanya kalau bulan Ramadan warga bisa lima kali mengkhatamkan Al-Quran. Mbah Hadi sebenarnya aktivis Nahdlatul Ulama yang ikut transmigrasi pada 1962. Pertengahan Oktober 1968, tanpa alasan yang jelas Hadi dituduh menyembunyikan dan bekerja sama dengan pemberontak. Dia pun segera digelandang ke penjara. “Saya dipaksa mengakui perbuatan yang ridak pernah saya lakukan,” ia bercerita.

Koran Tempo kemudian memperkuat gambaran ini dengan pendapat dari sejarawan Asvi Warman Adam. Asvi menilai kegiatan religius yang dilakukan bekas tahanan politik komunis dan Gerwani menunjukkan kenyataan yang bertolak belakang dengan tuduhan banyak kalangan yang mengatakan PKI identik dengan ateis. Bahkan pemberontakan PKI pada 1928 di Banten dan Silungkang, Sumatera Barat, dipimpin oleh para haji, seperti Haji Misbah. Dia menambahkan, PKI dicap ateis bermula pada Desember 1954 tatkala Partai Masjumi mengeluarkan fatwa menjelang pemilihan Umum 1955 yang menyatakan komunis adalah ateis. Kemudian pada November 1965, menurut Asvi, Muhammadiyah dalam kongres kilatnya mengeluarkan fatwa yang menyatakan hukum untuk membasmi PKI adalah fardu ain. TNI juga berperan memberi cap PKI sebagai ateis.

Banyak yang masih tersisa dari buramnya peristiwa '65. Namun buramnya peristiwa tersebut semoga tidak memburamkan mata hati kita untuk bisa tetap melihat sesuatu dengan proporsional, adil dan terus mencari apa yang sebenarnya terjadi pada peristiwa tersebut. Dalam masalah ini, bisa jadi ada yang ateis dari sebagian orang yang mengaku komunis – seperti halnya banyak pula yang ateis dari orang-orang yang mengaku liberal. Tapi tidak adil rasanya kalau menyamaratakan mereka (yang komunis) dengan label yang sama, dan dengan label itu kemudian kita memperlakukan mereka dengan lebih tidak adil lagi, sebagaimana rezim orde baru (yang mengaku tidak ateis) telah berbuat yang demikian.
Wallahu ‘alam

...Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa... (QS. 5: 8)


tema terkait silakan klik goole/g 30 s

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home